KPU Denpasar Gelar FGD Maskot I Caka Reborn

Ketua KPU Kota Denpasar Wayan Arsa Jaya sedang memberikan pemaparan

Redaksi9.com - Tahun 2020 akan digelar Pilkada Serentak di 9 Provinsi, 224 Kabupaten, dan 37 Kota. Sementara, untuk Pilkada Kota Denpasar akan digelar 23 September  2020.  Untuk sosialisasi dipilihlah satu maskot. 

Saat ini maskot I Caka sedang dikaji ulang.  I Caka  merupakan maskot Pilwali 2015 dari hasil sayembara.
"FGD maskot I Caka Reborn ini bertujuan untuk mempertajam dan penguatan maskot untuk Pilwali 2020. Kami harap, maskot Icaka Reborn ini bisa  digunakan  untuk Pilwali berikutnya," kata Ketua KPU Kota Denpasar, I Wayan Arsa Jaya, saat FGD Maskot Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Denpasar Tahun 2020, Rabu (8/1) di Inna Bali Hotel, Denpasar. 
 

Ia mengatakan, apapun perubahan yang dihasilkan tim perumus dalam FGD ini diharapkan memberikan manfaat positif untuk mengajak warga Denpasar untuk datang nyoblos ke TPS.

Maskot ini juga diharapkan dapat digunakan terus untuk sosialisasi dan promosi tentu dengan tidak mengesampingkan perkembangan zaman.


Sementara, Ketua KPU Provinsi Bali, Dewa Agung Lidartawan menyambut baik FGD yang dilakukan KPU Kota Denpasar.

Ia berharap, dari FGD ini akan mendapatkan banyak masukan untuk  maskot KPU Denpasar.

"Mereka  (red- KPU Denpasar) yang akan memformulasikannya ke dalam bentuk SK  tentang penggunaan maskot ini," kata Lidartawan. 

Ia mengatakan, beberapa maskot yang sudah dibuat, antara lain, KPU Bangli Kayonan, Rama dari KPU Badung, Kresna dari Karangasem, KPU Jembrana Little Krisna.

Maskot ini  diharapkan dapat memasukkan esensi akar budaya termasuk membuat slogan mengulas potensi lokal. Maskot jiga membawa pencitraan untuk memudahkan sosialisasi. 


"Kami dari KPU Provinsi juga akan merubah maskot. Saya ada ide Bajra karena esensinya dia yang memulai dan mengakhiri, tapi masih dipikirkan lagi ke depan karena masih lama juga," katanya.
 

Ia menilai,  metode sosialisasi pemilu yang  dilakukan sudah harus bergeser. Misalnya saja,  kalau biasanya kita menggunakan kaus, setelah sosialisasi kaus tidak pernah dipakai. "Saya menyarankan membuat sesuatu yang bikin penasaran warga Denpasar. Apakah itu menggunakan bahasa ajakan seperti misalnya "Ayo Nake". Oh itu artinya,  ajakan untuk memilih. Saya yakin  Ketua KPU Denpasar mampu melihat  ini," imbuhnya.

 

Dia juga melihat, jumlah kaum milenial  yang  cukup banyak agar menjadi perhatian serius. Apapun maskot yang dipakai, tujuannya adalah menjadi media promosi dan sosialisasi agar masyarakat mau ikut berpartisipasi dalam pemilu tidak golput. (ira).

 

 

 

 

 

 

 

TAGS :

Komentar