Redaksi9.com - Sebagian besar di Indonesia, orang melakukan medical check up karena terkena penyakit. Padahal, biaya pengobatan bisa ditekan ketika kita melakukan medical check up secara rutin. Demikian diungkapkan, dr. AA. Gd. Yudi Yunardhana Putra.
Direktur PT. Penta Bali Media (Klinik Penta Medica) ini menyebutkan, era saat ini, penyakit yang berhubungan dengan kualitas pembuluh darah mulai “naik daun”. “Sekarang tidak ada batasan umur lagi untuk penderita penyakit gangguan pembuluh darah. Tak heran kalau ada berita menyebutkan, ada orang meninggal usia 27 tahun. Setelah dicek ternyata penebalan pembuluh darah yang mengarah ke jantung koroner,” ujarnya.
Ia menegaskan, medical check up secara teratur sangat penting karena akan berpengaruh sebagai penentu panjang atau pendeknya umur manusia. “Dengan medical check up, kita bisa tahu faktor-faktor penyebab penyakit, aktivitas apa yang bisa kita lakukan dan tidak boleh, jenis pola makanan yang boleh atau tidak. Semua itu akan dijawab dengan medical check up,” ujar suami dr. Made Ayu Haryati, MARS ini.
Menurutnya, tidak ada istilah orang bilang, jangan main tenis nanti terkena serangan jantung. “Yang disalahkan jangan olahraganya, tapi yang disalahkan, mengapa anda tidak tahu risiko terkena penyakit jantung. Itu karena anda tidak melakukan medical check up,” kata ayah 3 anak ini.
Ia mengatakan, kekentalan darah dan penebalan pembuluh darah mempengaruhi bagus tidaknya sirkulasi darah. Sekarang ini, sudah terjadi penembalan pembuluh darah lebih awal dari usianya. Proses ini sudah berjalan sejak kecil karena pola makan atau kegiatan yang tidak teratur. Apalagi hanya tidur tiga jam, dikejar deadline, dan pekerjaan penuh stres. “Kalau kita melakukan medical check up secara teratur dapat mencegah penyakit, kita tahu dalam risiko terkena penyakit-penyakit tertentu. Misalnya, belum ada gejala, tapi dari hasil medical check up, asam urat sudah tinggi, tapi tidak ada nyeri. Tidak pernah pusing, tensi belum tinggi, mungkin karena pembuluh darah masih lentur. Ketika seseorang memasuki usia tertentu, pembuluh darah mulai tidak lentur. Jika terjadi penyumbatan di pembuluh darah, bisa berakibat fatal,” katanya lebih lanjut.
Ia menilai, yang membuat orang takut melakukan medical check up adalah mitos. Seharusnya, semakin orang banyak membaca dan mengerti, malah ingin tahu. “Memang kalau dicek terlihat penyakitnya, apa mau didiamkan saja. Apa mau meninggal tanpa tahu penyakit apa yang diderita. Kita sendiri harus bertanggungjawab pada badan sendiri. Bagaimana kita mau bertanggungjawab dengan orang lain, dengan tubuh sendiri tidak perduli,” ujarnya.
Ia menyarankan, sebaiknya kita rutin melakukan medical check up tiap dua tahun.
TIGA JENIS MEDICAL CHECK UP
Ia menyebutkan, medical check up ada tiga jenis, basic, regular, dan komplit (advanced). Untuk yang basic atau dasar, biasanya cek darah lengkap termasuk urin. “Dari pemeriksaan dasar ini, kita bisa melihat gambaran secara umum kondisi pasien. Medical check up basic juga dapat mengetahui, ada potensi pengentalan darah. Atau, kadar daya tahan tubuhnya rendah, sel darah putih rendah, HB rendah, atau ada infeksi. “Misalnya, HB tinggi dihubungkan dengan sel darah merah. Dari hasil ini, biasanya pasien dianjurkan untuk donor,” ujarnya. Namun, saat ini, sudah alat khusus yang bisa mengeluarkan sel darah merah, karena tidak semua orang bisa dengan mudah mendonorkan darahnya. Sedangkan, medical check up yang regular mencakup pemeriksaan yang mengarah ke fungsi ginjal, lever, feses, sampai kolesterol Sedangkan, untuk yang komplit atau advanced, dianjurkan kepada yang berusia di atas 40 tahun.
Ia mengatakan, pada usia di atas 40 tahun, biasanya terjadi risiko peningkatan gula darah. Dengan medical check up, risko ini bisa dideteksi lebih awal.
Untuk medical check up komplit, dibedakan antara pria dan wanita. Untuk wanita ada pemeriksaan sampai ke tumor marker untuk mengecek kemungkinan ada tumor terselubung di dada, perut, dan payudara. Semnetara, pada pria, dicek fungsi prostat, lebih detil lagi pada HBA1C. Termasuk, pemeriksaan, pada orang-orang yang di keluarganya mempunyai riwayat gangguan gula. Biasanya, dlakukan persiapan khusus dengan puasa. Ada juga, pemeriksaan EKG dan treadmill, yang berhubungan dengan pekerjaan dan aktivitas kita sehari-hari.
Ia menyarankan, sebelum melakukan medical check up, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, untuk tepat memilih jenis medical check up. Misalnya usia 42 tahun, keluhannya apa, tidurnya berapa jam sehari, pekerjaannya bagaimana, apa membutuhkan kecepatan atau kompetisi tinggi, kebiasaannya sehari-hari bagaimana. Dokter akan menanyakan dengan detil kepada pasein sebelum memutuskan jenis medical check up yang diperlukan.
Memang ia mengakui, medical check up dibedakan antara kebutuhan pribadi, pekerjaan, atau asuransi. Tenaga dokter hanya mengarahkan. Kadang, walaupun, dari pihak asuransi, mengatakan, tolong hanya cek ini saja. Tapi setelah diperiksa, ada tendensi menemukan mengharuskan ke medical chek up yang komplit atau lebih lanjut, dokter akan mengusulkan dalam kesimpulan. (Ira)