Amartha dan KTH Giri Amerta Tanam 2.000 Pohon di Koridor Satwa Liar Hutan Bali Barat

Amartha dan KTH Giri Amerta menyerahkan 2000 pohon (Foto;kis)

Redaksi9.com - Amartha mendonasikan 2.000 pohon produktif-endemik sebagai langkah awal pengembangan Koridor Satwa Liar Amartha di Hutan Bali Barat, Jembrana, Bali

Langkah ini guna penuhi komitmen pengurangan emisi karbon sebesar 30 persen di 2030, hingga 2024, Amartha tanam 7.830 pohon di Jawa Tengah, NTB, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Bali dengan penyerapan karbon sebesar 38.006 kg/ tahun

Keberadaan Kelompok Tani Hutan Giri Amerta merupakan penjaga kelestarian hutan yang berperan aktif dalam pengelolaan kawasan Hutan Bali Barat. Peranan ini diemban dengan memastikan hutan tumbuh lestari sembari masyarakat menikmati manfaat ekonomi dari hasil hutan. Perlahan tapi pasti, hasil hutan mengalami penurunan yang mengakibatkan kehidupan satwa liar terusik. Hal ini diindikasikan dengan semakin seringnya satwa liar memasuki area olahan petani hutan guna mendapatkan suplai makan.

Melalui dukungan Amartha, KTH Giri Amerta menanam 2.000 pohon produktif-endemik di dalam kawasan Hutan Bali Barat seluas 304 hektar yang dinamakan “Koridor Satwa Liar Amartha”. Penanaman ini dilakukan dengan sistem agroforestri, bertujuan melindungi habitat satwa liar dengan ketersediaan suplai makan dan menciptakan sumber penghidupan alternatif yang berkelanjutan bagi masyarakat.

Andi Taufan, Founder & CEO Amartha yang ditemui saat tanam penuh dampak (24/08) mengungkapkan pihaknya percaya pemberdayaan ekonomi masyarakat akar rumput bisa berkembang selaras dengan upaya pelestarian hutan. Dukungan kami terhadap KTH Giri Amerta adalah bukti nyata bahwa kedua hal ini bisa berjalan beriringan. Dengan ditanamnya 2.000 pohon produktif-endemik Bali akan mengawali pengembangan koridor satwa liar Amartha di kawasan Hutan Bali Barat, Kabupaten Jembrana, Bali, yang selaras dengan prinsip Tri Hita Karana masyarakat Bali.

Koridor Satwa Liar sebagai Perekat Keutuhan Ekologi dan Ekonomi Akar Rumput
Sebagai dukungan terhadap konsep perhutanan sosial, pembangunan koridor satwa liar ini tidak hanya bertujuan melestarikan fauna asli hutan dan mendukung Hutan Bali Barat sebagai pusat tangkapan air (water catchment), tetapi juga menjadi solusi bagi pengembangan ketahanan ekonomi lokal masyarakat.

Dengan adanya koridor satwa liar, masyarakat dapat mengelola tanaman produktif tanpa mengganggu habitat alami satwa dan menciptakan harmoni antara manusia dan alam. Koridor ini berfungsi sebagai zona penyangga yang diisi tanaman produktif asli Bali, melindungi lingkungan sembari menebarkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

Di kesempatan yang sama, Dewan Pengurus Koalisi Ekonomi Membumi (KEM), Nur Maliki Arifiandi, menyampaikan, “Kami mengapresiasi dukungan Amartha dalam pengembangan koridor satwa liar di Hutan Bali Barat. Melalui dukungan ini, kita secara bersama-sama mewujudkan kemitraan multipihak yang mendorong pertumbuhan ekonomi alternatif bagi pulau Bali yang lebih berorientasi pada ekonomi berbasis keanekaragaman hayati. Kami yakin, inisiatif dari pihak swasta seperti Amartha ini dapat mewujudkan model ekonomi alternatif melalui perhutanan sosial yang menjadi masa depan ekonomi alternatif masyarakat Bali.

I Gusti Made Loka Putra selaku Ketua KTH Giri Amerta mengatakan para petani hutan dan masyarakat lokal, dukungan Amartha ini dapat menjadi langkah awal dalam menerapkan konsep perhutanan sosial yang utuh dan menyeluruh. Dimana hutan tidak hanya lestari tetapi masyarakat juga dapat menikmati manfaat ekonomi dari hasil hutan secara berkelanjutan.

Amartha Lestari Sebagai Inspirasi Koridor Satwa Liar
Lebih lanjut Andi Taufan menjelaskan bahwa program ini merupakan representasi kebijakan ESG Amartha dengan fokus pada pilar Amartha Lestari. Sebuah pilar yang sejalan dengan nilai Amartha untuk menciptakan kesejahteraan merata dan berkelanjutan di Indonesia.

Dengan Amartha Lestari sebagai sumber inspirasi, Amartha secara konsisten telah melakukan program penanaman pohon sebanyak 7.830. Jenis pohon yang ditanam meliputi mangrove dan pohon produktif di Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Bali. Bekerja sama dengan Jejakin, jika dikalkulasi jumlah pohon tersebut setara dengan penyerapan karbon sebesar 38.006 kg per tahun.

“Program Koridor Satwa Liar Amartha adalah contoh kolaborasi strategis antara Amartha dan komunitas lokal dimana Amartha beroperasi. Kerjasama dengan KTH Giri Amerta pastikan pertumbuhan ekonomi masyarakat akar rumput berjalan seiring dengan upaya pelestarian lingkungan. Kami mengajak lebih banyak sektor swasta seperti kami untuk dapat berkolaborasi dalam menjaga keseimbangan hutan dan alam, demi masa depan yang berkelanjutan bagi masyarakat Bali dan Indonesia,” katanya.

Tentang Amartha
Amartha didirikan pada 2010 sebagai perusahaan microfinance. Pada tahun 2016 Amartha bertransformasi menjadi perusahaan teknologi finansial dan memiliki izin di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Amartha merupakan prosperity platform dengan misi menghadirkan layanan keuangan digital inklusif kepada komunitas akar rumput dan dunia melalui teknologi, inklusivitas, dan keberlanjutan. Amartha telah menyalurkan modal kerja lebih dari 20 triliun rupiah kepada lebih dari 2.5 juta UKM yang dipimpin perempuan di 72.000 desa di Indonesia.

Amartha membawa konsep baru tentang pinjam-meminjam uang. Bagi pelaku UMKM di pedesaan yang belum terlayani oleh layanan keuangan, Amartha memberikan akses permodalan. Bagi pendana, platform Amartha mewakili UMKM sebagai alternatif instrumen investasi yang menguntungkan dan berdampak. Bagi desa, Amartha hadir memperkuat ekonomi informal, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan mengentaskan kemiskinan.

Saat ini Amartha didukung oleh 9000+ karyawan A-Team yang #LangsungBerdampak dan terus membuka beberapa posisi, klik amartha.com/karir untuk meraih potensi terbaik bersama Amartha. (rl)
 

TAGS :

Komentar