Redaksi9.com - Pertanian dan perikanan menjadi potensi di Bali. Hal itu disampaikan, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, dalam kegiatan Ngeraos Sareng Media dan Capacity Building Sobat Media BI Bali, Kamis, (12/9) di Nusa Lembongan, Klungkung.
“Pertanian dan perikanan menjadi potensi di Bali. Seperti di Nusa Lembongan ini memiliki potensi rumput laut. Dari pertanian rumput laut ini bisa dikembangkan sektor pemberdayaan ekonomi. Termasuk kita bisa libatkan generasi muda untuk budi daya rumput laut,” kata Erwin.
Saat ini, ia mengatakan, rumput laut dikembangkan menjadi produk seperti body care dan skin care, dan bisa juga dikembangkan sebagai produk kesehatan.
Menurutnya, dukungan pemerintah daerah termasuk pihak lain, seperti bantuan pupuk, sarana dan prasarana juga sangat penting termasuk role model yang bisa menarik minat anak muda menjadi petani milenial.
Baca juga: Dahlan Iskan: Wartawan Jangan jadi Tim Sukses
Deputi Bank Indonesia Provinsi Bali, I GA Diah Utari menyebutkan, sektor pertanian sub sektor perikanan mempunyai share terhadap RO pertanian yang cukup besar sekitar 32 persen, melebihi sektor lain, seperti tambang emas dan juga peternakan.
“Kami menggunakan data tahun 2022 ekspor komoditas perikanan tahun 2022 itu sekitar 24 persen dari total ekpor barang dari Bali. Ini besar sekali dan komoditas utamanya ikan tuna segar,” kata Diah Utari.
Ia menilai, perikanan sangat potensial dikembangkan karena ekosistem dan infrastruktur di Bali sudah memadai karena sudah memiliki pengolahan ikan dan pelabuhan perikanan termasuk ada juga bandara cargo hub dari produk ini.
Disamping itu, sektor perikanan ini menyerap banyak tenaga kerja sekitar 37 ribu nelayan. Dimana 35 ribu lainnya merupakan nelayan kecil. “ Jadi kalau sektor perikanan ini bisa kita dorong, di samping mendorong pertumbuhan ekonomi, juga meningkatkan inklusivitas perekonomian di sektor perikanan,” ujar Diah Utari.
Ia menilai, potensi yang bisa dikembangkan di Nusa Lembongan dan Nusa Penida adalah rumput laut. “Sebagian besar rumput laut yang diekpor adalah rumput laut kering.
Padahal kalau rumput laut ini bisa dikembangkan hirilisasinya menjadi produk body care dan sabun cuci tangan, tentu nilai tambah tinggi sekali dibandingkan dikeringkan saja kemudian diekpor,” ungkap Diah Utari.
Menurutnya, potensi rumput laut di Nusa Lembongan ini dapat dikembangkan, asal ekosistemnya mulai dari hulu dan hilir sudah disiapkan, misalnya di hulu seperti bibit rumput laut yang berkualitas tinggi dan pengolahannya. “Industri rumput laut seperti body care bisa menjadi salah satu industry branding Bali yang bisa dikembangkan,” kata Diah Utari. (ira)