Wacana untuk mengajarkan kembali mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) mencuat. Selama ini ada kesan pendidikan moral terabaikan. Padahal, moral merupakan bagian dari kehidupan.
Menurut Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Bali, Utami Dwi Suryadi saat ini telah terjadi degradasi moral. Walaupun dalam penilaiannya, tak semua anak seperti itu. Namun, sebagian besar hal itu terjadi. Ia mencontohkannya. Anak-anak sibuk dengan ponselnya, dan cuek dengan lingkungannya. Bahkan, ia melihat, banyak anak sudah tak punya etika dengan orangtua dan gurunya.
Ia sangat setuju pelajaran PMP kembali digalakkan. Ia menyarankan, sebaiknya sejak anak usia PAUD sudah diajarkan di sekolah. Ia menilai, moral seharusnya diajarkan kepada anak-anak sejak kecil karena pikiran mereka masih bersih sehingga hal positif yang diajarkan sejak awal akan lebih mudah terpatri dalam otak mereka.
Memang , ia mengakui, hal pertama yang harus mengajarkan pelajaran moral anak adalah orangtua yakni anak perlu role model yang baik. Kemudian, di sekolah, guru mengajarkan moral dengan berbagai contoh.
Menurut Utami, pelajaran moral sebenarnya urusan dan tanggungjawab bersama. Mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan. Karena banyak factor yang bisa membentuk karakter anak. Bahkan, lingkungan saja bisa memberi pengaruh moral yang kepada anak-anak.
Ia menegaskan, jangan pernah berpikir, anak-anak bisa bermoral baik tanpa adanya contoh nyata. Contoh ini memang harus ditunjukkan semua lapisan. Orangtua yang mengajarkan anak-anak kebaikan dan budi pekerti, tidak saja dengan teori tapi dengan contoh nyata. Contoh sederhana, hidup rukun bersaudara, saling menyayangi dan mengasihi, membantu teman, tidak membedakan teman, hormat dengan orang yang lebih tua, tidak membuang sampah sembarangan, mentaati peraturan yang ada., menghormati dan menerapkan sopan santun, dan tidak suka membuat kerusuhan atau memprovokasi. (ira)