Tumbuhkan Cinta dalam Diri

Ny. Putri Koster

Redaksi9.com - Mengapa menjadi Hindu itu rumit? Itulah pertanyaan yang dilontarkan peserta webinar WHDI Kota Bekasi kepada Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster, Minggu (12/7).

Menurut Putri Koster, menjadi Hindu tidaklah rumit. Ia sendiri, bangga terlahir sebagai Hindu. Ada rasa cinta yang besar, sebagai generasi bangsa, bahwa selain berguna bagi diri sendiri, juga berguna bagi orang lain dan lingkungan.

"Ketika semua dilandasi dengan rasa bangga dan cinta, apapun itu yang dilakukan, tidak akan terasa rumit. Begitu juga menjadi seorang Hindu. Mari kita tumbuhkan rasa bangga dan rasa cinta dalam diri sehingga apapun yang kita lakukan terasa mudah," pesan istri Gubernur Bali Wayan Koster ini.


Baca juga: Putri Koster: Orangtua Ibaratkan Busur, harus Kuat dan Kokoh


Untuk soal urusan upakara yang juga disebut rumit, ia mencoba memberi pandangan.

"Mungkin kita bisa membeli, dan itu juga menggerakkan roda perekonomian. Tapi alangkah baiknya jika kita bisa membuat. Ada rasa bangga ketika kita melihat hasil upakara yang dihaturkan adalah hasil buatan sendiri. Minimal sebagai orang Hindu, kita bisa metuasan (merangkai janur-red)," kata seniman multi talenta ini.

Putri Koster mengaku sangat salut dan bangga melihat perempuan Hindu yang berada di luar Bali, ketika ada upacara di Pura bersama-sama bergotong-royong menyiapkan upakara. Mereka mejejahitan sembari bercanda dan tertawa bersama. Contoh itu menjadi keniscayaan, bahwa Hindu itu tidaklah rumit.

Ia menilai, menjadi perempuan Hindu sangat luar biasa. Ketika laki laki diberi tugas membawa benih, perempuan mempunyai 8 tugas mengantarkan anak menjadi suputra. Tugas itu sangat mulia. Tanggungjawab itu patut disyukuri.

Ia berpesan, untuk membuat diri kita percaya diri sebagai orang Hindu. Harus ada bangga dan cinta kepada Hindu itu sendiri sehingga tidak ada lagi anggapan Hindu itu rumit.

Dalam webinar tersebut, ia juga mengajak peserta, walaupun tidak tinggal di Bali, jangan pernah melupakan bahasa Bali.

"Walaupun sudah terbiasa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa Asing, tetap jangan lupakan bahasa Bali.
Mulailah dari keluarga, ajarkan anak anak kita tidak melupakan bahasa Bali. Sekali waktu gunakanlah bahasa Bali di rumah, agar anak-anak tidak lupa," kata Putri Koster.

Selain itu, ajarkan anak-anak, penggunaan busana adat ke pura yang benar.

"Ada tatanan yang benar, bagaimana menggunakan busana adat ke pura," imbuhnya.

Ia menegaskan, tugas kita adalah melestarikan apa yang sudah diwariskan para leluhur.

" Gubernur Bali juga sudah membuat Pergub tentang penggunaan Bahasa Bali dan busana adat ke Pura. Jadi sebagai generasi Hindu di masa ini, mari kita lestarikan warisan leluhur," ujarnya. (ira).

TAGS :

Komentar