Putri Koster “Melali” Sambil Berbagi di Plaga

Ny. Putri Koster

Redaksi9.com - Desa Tiyingan, Pelaga, Petang, Badung, terkenal akan hasil pertaniannya. Namun, sejak Covid-19, petani merasakan dampak dari pandemic ini. Mereka yang awalnya memasok hasil pertanian ke hotel, dengan kondisi seperti ini, petani semakin merugi. Hal itu terungkap saat pertemuan beberapa  petani dengan Ketua Tim Penggerak  PKK Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster, Rabu, (15/7)

Ngurah Gede, salah satunya petani yang mencoba mengemukakan permasalahan yang sedang mereka hadapi. “Dalam hal pemasaran kami mohon dibantu,” ujarnya.


Ia menceritakan, petani selalu berproduksi sepanjang tahun. Cuma terkendala pasarnya. Mereka menanam jenis sayuran yang memang diperlukan untuk keperluan hotel dan restoran, seperti bermacam-macam daun selada, herb atau bumbu rempah untuk makanan Barat, brokoli, sawi, bok cay, dll.  Selain sayuran, ada juga kopi, durian, jeruk, jambu merah Tiara dan jambu putih kristal.

 Ngurah Gede mengatakan, biasanya ia mampu memasarkan sayuran satu ton tiap hari. Sekarang sejak Covid-19 ini hanya mampu menjual sekitar  30 sampai 50 kg tiap hari.



“Hasil pertanian di Plaga tak kalah dengan petani di Bedugul. Kami ingin ke depannya, Plaga bisa seperti Bedugul menjadi pasar utama untuk hotel dan restoran,” ucap Ngurah Gede. Ia berharap, kehadiran Ny. Putri Koster melihat-lihat pertanian di Desa Tiyingan Plaga ini, dapat mencarikan mereka solusi soal pemasaran.

Hal  senada juga disampaikan, Made Wasa. Dengan alasan Covid-19, para pengepul membeli hasil pertanian mereka dengan harga yang murah.

“Dari 400 pohon jeruk pengepul hanya membeli dengan harga Rp  60 juta. Alasan mereka, karena  pandemi covid,  pengirimannya menjadi tersendat ke Jawa. Padahal, jeruk kami sangat disukai, seharusnya harganya bisa lebih mahal. Kalau kami hitung, dari 400 pohon, seharusnya kami mendapatkan Rp 80 juta,” kata Wasa.


Sementara, Diah yang biasa mengirimkan sayuran ke hotel dan restoran juga, mengaku pusing. Dengan kondisi pandemic ini, ia mencoba peruntungan berjualan online.

“Saya juga mencoba jualan online melalui media sosial facebook dan Instagram. Namun, memang peminatnya kurang. Kebetulan sayuran yang kami tanam sebagian besar yang memang untuk hotel dan restoran, seperti aneka daun selada. Sementara, masyarakat local, tidak terlalu menyukai selada, karena mereka tahu selada hanya untuk bahan salad,  disamping memang harganya lebih mahal, “ kata Diah. Sebelum Covid-19, ia mampu memasarkan 500 kilogram sayuran ke hotel dan restoran tiap hari. Sekarang ini mampu 100 kg saja sudah bersyukur.

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster usai mendengar curhat para petani tersebut mengatakan, sangat prihatin dengan  jeritan petani.

Ia melihat, saat ini waktunya Pemerintah dan masyarakat berpihak kepada petani. Ibaratkan lahan, pemerintah itu seperti tukang kebunnya. Petani dari awal sudah mengeluarkan modal, kemudian berproduksi. Saat panen malah rugi. Waktunya pemerintah berpihak agar petani untung. Minimal petani untung 20%. Pemerintah dapat memasarkan produk pertanian dengan cara mendistribusikan sesuai jalurnya sehingga petani tidak jalan sendiri-sendiri.

Menurutnya, pandemi Covid-19 harus dilihat hikmahnya. "Saat ini, waktunya kita bersama perbanyak makan sayuran  karena petani tak bisa lagi memasok hasil pertanian ke hotel. Produk lokal Bali harus dinikmati masyarakat Bali sehingga roda ekonomi tetap berputar. Dengan menikmati hasil pertanian,  sama artinya kita membantu kesejahteraan petani," kata istri Gubernur Bali Wayan Koster ini.

Menurutnya, akan lebih baik, roda ekonomi tetap berjalan, walaupun pelan. Ibaratkan air mengalir tak perlu air bah, tapi seperti mata air selalu memberi penghidupan dan kehidupan.

Ia juga mengajak petani untuk memanfaatkan e-marketplace untuk menjual hasil pertanian. Dengan online pemasaran tentu sangat terbantu. Dengan kondisi pandemic seperti ini yang mengharuskan kita lebih banyak berdiam di rumah, tentu belanja online menjadi satu tren.

Ia juga menilai, para ASN juga bisa diajak ikut berpartisipasi. Tiap Jumat usai acara olahraga, adakan pasar kaget di masing-masing instansi. Mereka bisa berbelanja sayuran segar langsung dari petani. Tentu ini lebih baik daripada harus belanja lagi ke pasar.

Hari Minggu dapat  juga dibuka ruang untuk masyarakat di lapangan. Yang penting selalu disiplin protokol kesehatan, jaga jarak dan tidak berkerumun. Petani dapat menjual hasil pertaniannya langsung ke masyarakat.

"Petani juga bisa barter dengan sesama petani. Misalnya yang punya sayur barter dengan beras. Sekarang ini waktunya saling membantu, dan  harus kreatif dan inovatif. Jangan sampai sayuran busuk di tempat. Yuk, coba pasarkan online," kata Putri Koster.

Sembari melihat pertanian di Desa Tiyingan Plaga, Putri Koster juga berbagi sembako kepada mereka. “Pemberian sembako ini sebagai bentuk rasa menyama braya, Saya ingin  memberi motivasi kepada petani,  agar tetap semangat dan bergotong-royong,  bahwa kita harus saling membantu saat pandemi seperti sekarang ini,” kata Putri Koster. (ira)

 

 


TAGS :

Komentar