Agustus, Bali Kembali Alami Deflasi

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho


Redaksi9.com - Pada Agustus 2020, Provinsi Bali kembali mengalami deflasi. Penurunan harga terjadi pada kelompok makanan bergejolak (volatile food) dan barang yang diatur pemerintah (administered prices). Sedangkan kelompok inflasi inti (core inflation) menunjukkan peningkatan.  Demikian keterangan pers yang disampaikan, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trsino Nugroho, Selasa (1/9).


Ia mengatakan, penurunan harga sebagian besar disebabkan oleh berlanjutnya penurunan harga pada komoditas daging ayam ras, angkutan udara, sekolah dasar, bawang merah, dan pisang. 


 Menurut catatan BPS, Provinsi Bali deflasi sebesar -0,16% (mtm), masih menunjukkan deflasi dari bulan sebelumnya (-0,39% (mtm)). Deflasi Bali lebih dalam dibandingkan dengan deflasi Nasional yang tercatat sebesar -0,05% (mtm). Deflasi terjadi di 2 (dua) kota IHK yaitu Denpasar sebesar -0,12% (mtm) dan kota Singaraja sebesar -0,42% (mtm). Secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 0,49% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan Nasional yang sebesar 1,32% (yoy).


Kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar -2,01% (mtm), lebih dalam jika dibandingkan dengan Juli 2020 (-1,37%, mtm). Penurunan terdalam berlanjut untuk komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan pisang. 


“Turunnya harga bawang merah terjadi seiring dengan sudah dimulainya panen bawang merah di berbagai sentra nasional di tengah permintaan yang stabil. Adapun penurunan harga daging ayam disebabkan oleh normalisasi pasokan pasca langkanya daging ayam pada semester I 2020.,” jelas Trisno. 
Kelompok barang administered price tercatat deflasi sebesar -0,50% (mtm). Penurunan tekanan harga pada kelompok ini disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara. Penurunan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh maskapai untuk meningkatkan jumlah penumpang.


Ia menyebutkan, kelompok barang  core inflation pada bulan Agustus mencatat inflasi sebesar 0,34% (mtm), naik dibandingkan dengan bulan Juli yang deflasi sebesar -0,11% (mtm). 


“Peningkatan ini terjadi terutama didorong oleh peningkatan harga emas perhiasan, canang sari, dan air kemasan. Peningkatan harga emas perhiasan disebabkan oleh peningkatan harga emas dunia yang masih berlanjut akibat re-emergence COVID-19 di beberapa negara,” ujarnya.
Sementara itu, naiknya harga canang sari sejalan dengan mulai dibukanya industri pariwisata serta menyambut rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan. 
Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada September 2020 akan tetap terkendali. Meskipun demikian, adanya Hari Raya Galungan dan peningkatan kegiatan pariwisata pada September 2020 berpotensi memberikan tekanan harga. 


“Menghadapi potensi tantangan tersebut, Bank Indonesia Provinsi Bali akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna memastikan inflasi terjaga dalam kisaran sasaran nasional,” kata Trisno. 


TPID Kabupaten/Kota dan Provinsi Bali senantiasa berupaya menjalankan program 4K (kestabilan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif) serta mendukung program Pemerintah untuk meningkatkan penyerapan komoditas pertanian utamanya hortikultura dengan berbagai program, seperti Pasar Gotong Royong, yang tentunya tetap memperhatikan protokol kesehatan. (ira)

TAGS :

Komentar